Edukasi

Selasa, 20 September 2011

PENGELOLAAN PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Konsep pengelolaan pendidikan tidak lepas dari pengertian pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah upaya yang dilakukan orang dewasa kepada orang yang belum dewasa. Secara sempit pendidikan diartikan pada proses belajar mengajar di sekolah. Hal tersebut memiliki implikasi-implikasi yang luas dalam pemikiran pendidikan, sehingga kedewasaan dapat diartikan pula sebagai pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu. Oleh karena itu, peran guru di sekolah lebih luas lagi, tidak hanya mengajar melainkan juga mendidik.
Untuk mencapai hal tersebut guru dituntut bisa memanajemen pendidikan di sekolah. Diantaranya manajemen kurikulum dan manajemen kelas.
Kadang kadang orang menyebut kurikulum adalah rencana pendidikan dan pengajaran, lebih singkat lagi program pendidikan. Masih banyak diantara kita kaum pendidik (guru) yang berpandangan tradisional mengenai kurikulum ini. Kurikulum terdiri atas mata pelajaran tertentu yang bertujuan menyampaikan kebudayaan lampau sejumlah pengetahuan yang harus diajarkan kepada anak-anak, karena seringnya pengetahuan ini diambil dari buku-buku pelajaran tertentu yang dipandang baik maka kurikulum ditentukan oleh buku pelajaran. Jadi jelaslah pengertian kurikulum serupa ini membatasi pengalaman anak kepada situasi belajar di dalam kelas dan tidak menghiraukan pengalaman-pengalaman edukatif di luar kelas.
Dalam proses pembelajaran guru dituntut harus mampu mengelola pembelajaran yang berbasis kompetensi, tentunya mulai dari merancang silabus, melaksanakan kegiatan belajar mengajar, mulai dari learning to lear, learning to do, learning to be, sampai kepada learning to live together. Jelas untuk mengelola kelasnya pun harus berbeda dari sebelumnya. Semula guru cukup menyiapkan tempat duduk yang rapih, dilengkapi meja kursi guru dan murid serta peralatan pembelajaran di kelas, disaat mulai pelaksanaan KBM, pengelolaan dirubah menjadi variatif sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Guru tidak lagi terikat belajar ratorium atau di lingkungan sekolah.

1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka munculah permasalahan permasalahn, yaitu :
1.      Apa yang dimaksud dengan manajemen kurikulum?
2.      Bagaimana bentuk penyusunan kurikulum?
3.      Apa fungsi dan peran pengelolaan kelas?
4.      Bagaimana struktur program kurikulum?
5.      Bagaimana teknik-teknik memelihara disiplin kelas yang baik?

1.3   Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan  makalah ini adalah :
1.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengelolaan pendidikan.
2.      Untuk mengetahui definisi tentang manajemen kurikulum serta manajemen kelas.
3.      Untuk mengetahui bentuk susunan kurikulum.
4.      Untuk mengetahui fungsi dan peran pengelolaan kelas.
5.      Untuk mengetahui struktur program kurikulum.
6.      Untuk mengetahui teknik-teknik memelihara disiplin kelas yang baik.

1.4     Metode Penulisan
Metode dalam penyusunan makalah ini dengan menggunakan metode pengumpulan data dari referensi-referensi buku yang sesuai dengan tema makalah, serta mencari referensi dari internet.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen (Pengelolaan) Kurikulum
A. Pengertian Kurikulum
Pengertian kurikulum secara etimologis yaitu kurikulum = curir+currere yang berasal dari bahasa Yunani  (curir=pelari, currere= tempat berpacu atau lintasan). “Lintasan yang ditempuh oleh seorang pelari dari star sampai finish untuk mendapatkan sebuah piala/mendali.”
Pengertian kurikulum secara terminologi ialah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh siswa dari awal hingga akhir program pengajaran untuk mendapatkan ijazah.
Kurikulum dalam arti luas adalah segala sesuatu/hal yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa di bawah tanggung jawab sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Paham terakhir menyebutkan bahwa kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak diddknya, baik dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Pengalaman anak didik di sekolah dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan pendidikan, antara lain: Mengikuti pelajaran di kelas, praktik keterampilkan, latihan-latihan olahraga dan kesenian, dan kegiatan karyawisata atau praktik di laboratorium dan lingkungan sekitar.

B. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid-murid. Organisasi kurikulum sangat erat berhubungan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai karena pola-pola yang berbeda akan mengakibatkan ini dan cara penyampaian pelajaran berbeda pula (Prof. Dr. Nasution, 80)
Pola –pola pengorganisasian kurikulum ada banyak macamnya tapi yang dipandang perlu untuk dikemukakan pada makalah  ini ada 3 macam yaitu :
a.    Separated Subject Curriculum.
b.    Correlated Curriculum.
c.    Integrated Curriculum
a.    Separated Subject  Curriculum
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran (subject) yang terpisah-pisah  satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain, juga kelas yang satu dengan kelas yang lain.
Kelebihan Separated subject curriculum didalam praktik pendidikan di sekolah yakni:
1)  Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis.
2) Organisasi kurikulum ini sederhana: mudah disusun mudah ditambah atau dikurangi jumlah pelajaran yang diperlukan (mudah diorganisasikan)
3) Penilaian lebih mudah karena biasanya bahan pelajaran ditentukan berdasarkan buku-buku pelajaran tertentu sehingga dapat diadakan ujian umum atau tes hasil-hasil belajar yang seragam (uniform) di seluruh negara.
4) Kurikulum ini lebih memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran karena bersifat subject contered, guru-guru yang sudah berpengalaman dan menguasai seluruh bahan pelajaran dari buku, maka pekerjaannya menjadi rutin, setiap tahun hanya mengulang yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.
5) Kebanyakan orang beranggapan bahwa sekolah adalah persiapan masuk perguruan tinggi, di perguruan tinggi biasanya organisasi kurikulum sesuai dengan prinsif terpisah-pisah itu. Jadi organisasi kurikulum di sekolah dasar dan menengah dengan begitu sesuai dengan organisasi di perguruan tinggi.
Kelemahan separated subject curriculum yaitu:
1)   Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain, hal ini tidak sesuai dengan kenyataan kehidupan yng sebenarnya.
2)   Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
3)   Dari sudut psikologis kurikulum demikian mengandung kelemahan, banyak terjadi verbalistis dan menghafal, serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak didik.
4)   Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman.
b.   Correlated Curicullum
Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran satu sama lain ada hubungannya, bersangkut paut  walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain, masih dipertahankan.
Prinsif berhubungan satu sama lain ini dapat dilaksanakan dengan beberapa cara:
1)        Antara dua mata pelajaran diadakan hubungan secara insidental.
2)        Memperbincangkan masalah-masalah tertentu dalam berbagai macam pelajaran.
3)        Mempersatukan berbagai mata pelajaran dengan menghilangkan batas masing-masing.
Kelebihan dari correlated curriculum adalah  sebagai berikut :
1)        Dengan korelasi pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas (berpadu).
2)        Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah.
3)        Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut.
4)        Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertian dan prinsif-prinsif bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitupun lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid.
Kekurangan dari correlatif curriculum adalah sebagai berikut :
1)        Sulit untuk menghubungkan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari sebab dasarnya subject controled.
2)        Broad field tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam untuk suatu mata pelajaran hingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.
c.    Integrated curriculum
       Integrated kurikulum meniadakan batasan-batasan antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan mampu membentuk kepribadian murid yang integral, selaras dengan kehidupan sekitarnya, apa yang diajarkan disekolah disesuaikan dengan kehidupan sekitarnya, apa yang diajarkan di sekolah disesuaikan dengan kehidupan anak luar sekolah, (Drs. Nasution, 92)
Kelebihan dari integrated Curriculum adalah :
1)    Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan inti yang bertalian erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain,
2)   Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah-masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.
3)   Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
4)   Aktivitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berfikir sendiri dan bekerja sendiri, atau bekerja dengan kelompok.
5)   Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan, dan kematangan murid.
            Kekurangan dari integrated curriculum ini adalah :
1)   Guru-guru kita belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini.
2)   Kurikulum ini tidak memiliki organisasi yang sistematis.
3)   Kurikulum ini memberatkan tugas guru.
4)   Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum sebab tidak ada keseragaman di sekolah-sekolah satu sama lain.
5)   Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum.
6)   Pada umumnya sekolah masih kurang fasilitas untuk mendukung dalam pelaksanaan kurikulum.

C. Program Kurikulum
Kurikulum pada dasarnya diperinci dalam beberapa program pendidikan. Untuk sekolah-sekolah umum program pendidikan itu meliputi tiga macam.
a.    Program pendidikan umum.
b.    Program akademis, yang memberikan dasar-dasar untuk melanjutkan studi.
c.    Program pendidikan keterampilan.
            Selanjutnya setiap program memperoleh alokasi waktu tertentu yakni berapa jumlah jam pelajaran perminggu untuk setiap bidang studi bagi kelas-kelas tersebut.
            Sehubungan dengan struktur program ini ada beberapa hal yang perlu dipahami.
1)   GBPP (Garis-Garis Besar Program Pengajaran)
Ialah ikhtisar dari keseluruhan program pengajaran yang terdiri dari tujuan-tujuan kurikuler, tujuan intruksional dengan ruang lingkup bahan-bahan pengajaran yang disusun secara berurutan dan disusun menurut jangka waktu tertentu. GBPP ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman bagi para pembina pendidikan, kepala sekolah, dan guru dalam rangka peningkatan kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
2)   Jam Pelajaran
Ialah waktu pemberian jam pelajaran yang berlangsung 45 menit untuk sekolah-sekolah lanjutan, di SD kelas I dan II hanya 30 menit sedangkan kelas III sampai dengan kelas VI, 40 menit.
3)   Semester
Ialah satuan pemberian jam pelajaran yang berlangsung selama 120 hari belajar efektif.
4)   Program Pendidikan Umum
Ialah program pendidikan yang diberikan kepada semua siswa yang mencakup pendidikan moral pancasila, yang perfungsi bagi pembinaan warga negara yang baik, jadi program umum wajib diikuti oleh siswa.
5)   Program Pendidikan akademis
Ialah program pendidikan yang diperlukan sebagai dasar untuk melanjutkan studi ke tingkat pendidikan selanjutnya
6)   Program Pendidikan Keterampilan
Ialah program pendidikan yang dapat dipilih siswa (keterampilan bebas) dan ada juga yang bersifat terikat. Di SD program keterampilan ini berfungsi untuk mengembangkan kesukaan dan penghargaan kepada pekerjaan tangan.
7)   Program Pendidikan Kejuruan
     Ialah program yang wajib diikuti siswa sesuai dengan jurusannya dan program ini terdiri atas dasar kejuruan  teori dan praktik kejuruan.

D. Kegiatan- Kegiatan Manajemen Kurikulum
            Kegiatan manajemen dititikberatkan pada usaha-usaha pembinaan situasi belajar-mengajar di sekolah agar selalu terjamin kelancarannya.
       Kegiatan manajemen kurikulum yang terpenting di sini dapat disebut dua hal yakni:
a.    Kegiatan yang amat erat kaitannya dengan tugas guru.
       Kegiatan ini meliputi:
1)   Pembagian tugas mengajar,
2)   Pembagian tugas/tanggung jawab dalam membina ekstrakulikuler,
3)   Koordinasi penyusunan persiapan mengajar.
b.    Kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar
            Kegiatan ini meliputi:
1)   Penyusunan jadwal pelajaran
2)   Penyusunan program (rencana) berdasarkan satuan waktu tertentu (caturwulan, semester, tahunan)
3)   Pengisian daftar kemajuan siswa.
4)   Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar.
5)   Laporan hasil evaluasi.
6)   Kegiatan bimbingan penyuluhan.

2.2 Manajemen (Pengelolaan) Kelas
1. Pengertian Manajemen Kelas
     Manajeman menurut istilah, berasal dari kata manus ( Latin), mano (Prancis), maneggiere (Italia) berarti melatih kuta agar kaki kuda itu melangkah dan menari seperti yang dikehendaki oleh pelatihnya. Manajemen diterjemahkan pula menjadi pengelolaan (Depdikbud, 1989), berarti penggunaan sumber daya secara  efektif untuk mencapai sasaran.
     Kelas, dalam arti umum adalah sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (T Raka Jono, 1998). Menurut Depdikbud, 1994, kelas ialah ruangan belajar atau rombongan belajar secara efektif.
     (LoisV Johnson dan Mary Bany, 197)0,
     Manajemen kelas menurut konsep lama diartikan sebagai upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern adalah proses seleksi yang menggunakan ketertiban kelas. Menurut konsepsi lama, guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem/organisasi kelas, sehingga individu dapat memanfaatkan kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual.
(Depdikbud, 1994/1995)
Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.
Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur proses kegiatan belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kokulikuler dapat tercapai.
Jadi kesimpulan dari beberapa definisi tersebut, manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk merancang, menangani, dan menilai situasi dan kondisi kelas agar terwujud kelas yang menyenangkan dan kondusif, sehingga senang belajar, aktif, kreatif, dan produktif menghasilkan hasil belajar yang optimal dan bermakna


2. Tujuan Manajemen Kelas
Berdasarkan acuan dari Dirjen Dikdasmen, 1996
a.    Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
b.    Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
c.    Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
d.   Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-siafat individual.

3.  Peranan Manajemen Kelas Dalam Pembelajaran
1.    Pengelolaan Tempat Belajar
     Tempat belajar seperti ruangan kelas yang menarik, merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM (Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Pengelolaan tempat belajar, meliputi pengelolaan beberapa benda atau objek yang ada dalam ruang belajar, seperti meja-kursi, pajangan sebagai hasil karya siswa, perabotan sekolah, atau sumber belajar yang ada di kelas. Pengelolaan meja-kursi dapat disusun secara kelompok, bentuk U atau bentuk berjajar atau berbaris. Susunan ini bergantung pada strategi yang akan digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Jika menginginkan interaksi dengan anta siswa yang tinggi, disarankan untuk tidak menggunakan bentuk berjajar baris.
2.    Pengelolaan Siswa
     Pengelolaan siswa biasanya dilakukan dalam beberapa bentuk, seperti individual, berpasangan, kelompok  kecil atau klasikal. Beberapa pertimbangan perlu diperhitungkan sewaktu melakukan pengelolaan siswa. Antara lain ; jenis kegiatan, tujuan kegiatan, keterlibatan siswa, dan ketersediaan saran/prasarana. Hal yang sangat penting lagi yakni keberagaman karakteristik siswa. Guru harus memahami, bahwa setiap siswa memiliki karakter berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu dirancang kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang memungkinkan siswa memperoleh peluang yang sama untuk menunjukan dan mengembangkan potensinya.
3.     Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
     Untuk mengelola kegiatan ini guru merancang tugas dan alat belajar yang menantang, pemberian umpan balik, dan penyediaan program penilaian yang memungkinkan semua siswa mampu unjuk kemampuan atau mendemontrasikan kinerja atau perfomance sebagai hasil belajar.
     Tiga hal strategis yang perlu dikuasai oleh guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran, yaitu:
1)   Penyediaan pertanyaan yang mendorong siswa berfikir dan berproduksi
2)   Penyediaan umpan balik yang bermakna.
3)   Penyediaan penilaian yang memberi peluang semua siswa melakukan unjuk-perbuatan.
4.     Pengelolaan Isi atau Materi Pembelajaran
Dalam pengelolaan atau isi materi pembelajaran, paling tidak guru harus menyiapkan rencana operasional KBM dalam wujud silabus terlebih dahulu. Bagi guru kelas I dan II, yang siswanya masih berperilaku dan berfikir kongkrit, pembelajaran sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran. Dengan cara demikian, pembelajaran untuk kelas I dan II lebih bermakna, lebih utuh, dan sangat kontekstual dengan dunianya, dunia usia dini.
5.    Pengelolaan Sumber Belajar
Pengelolaan sumber belajar, sebaiknya memperhatikan sumber daya yang ada di sekolah, dan melibatkan orang-orang yang ada di dalam sistem sekolah tersebut. Pengelolaan sumber  belajar meliputi sumber daya sekolah dan sumber daya lingkungan. Sumber daya sekolah, harus  dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam upaya menciptakan iklim sekolah sebagai komunitas masyarakat belajar.

4.    Peran Guru Dalam Pengelolaan Kelas
Menurut tata aturan Depdiknas, terdapat beberapa peran yang harus dilakukan seorang guru tatkala ia brada di kelas :
1)   Peran sebagai pengajar/ intructional
Perdasarkan peran ini guru wajib menyampaikan sejumlah materi pelajaran sesuai dengan Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), yang berupa informasi, fakta, serta tugas dan keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa.
     Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru:
a.    Menyusun program pengajaran selama kurun waktu tertentu secara berkelanjutan.
b.    Membuat persiapan mengajar dan rencana kegiatan belajar mengajar untuk tiap bahan kajian yang akan diajarkan berkaitan dengan penggunaan metode tertentu.
c.    Menyiapkan alat peraga yang dapat membantu terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
d.   Merencanakan dan menyiapkan alat evaluasi.
e.    Menyiapkan program pengajaran, perbaikan, pengayaan dan ekstrakulikuler.
2)   Peran sebagai Pendidik/ Educational
            Tugas guru disamping memberi pelajaran, ia bertugas mengantar siswa agar siswa menjadi manusia dewasa yang cakap dan berbudi luhur.
3)   Peran sebagai Pemimpin/ Managerial
     guru sebagai pemimpin atau managerial bukan saja terbatas pada saat pelajaran berlangsung, tetapi sebelum dan sesudah pelajaran selesai. Guru adalah pemimpin dan penanggung jawab utama di kelasnya. Oleh karena itu yang terjadi di kelas dan yang berkaitan dengan siswa secara langsung ataupun tidak langsung menjadi tanggung jawab guru kelas.

5.    Fungsi Manajemen Kelas
            Terdapat empat fungsi pokok manajemen kelas, yakni fungsi preventif, fungsi kuratif, fungsi pemeliharaan, dan fungsi pengembangan.
·      Fungsi preventif atau fungsi pencegahan yaitu guru melakukan pencegahan timbulnya perilaku siswa yang bermasalah di kelas.
·      Fungsi kuratif atau fungsi penyembuhan bagi siswa yang bermasalah. Fungsi ini dilakukan guru setelah siswa melanggar aturan atau mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga situasi dan kondisi kelas tidak kondusif.
·      Fungsi pemeliharaan yaitu fungsi pokok manajemen, guru memelihara kondisi belajar mengajar di kelas secara positif. Fungsi ini dilakukan setelah guru benar-benar merasakan bahwa situasi dan kondisi kelasnya merangsang siswa untuk belajar aktif, proaktif,kreatif dan menyenangkan.
·      Fungsi pengembangan yaitu guru senantiasa mengembangkan kondisi kelas yang kondusif,

6.    Teknik-teknik Memelihara Disiplin Kelas
1)   Teknik Keteladanan Guru
          Guru hendaknya memberikan contoh, teladan, sikap dan perilaku yang baik kepada siswanya.
2)   Teknik Membimbing Guru
       Guru hendaknya memberi bimbingan dan penyuluhan untuk meningkatkan kedisiplinan para siswanya.
3)   Teknik Pengawasan Bersama
       Disiplin kelas yang baik mengandung pula kesadaran akan tujuan bersama, siswa guru menerimanya sebagai pengendali, sehingga situasi kelas menjadi tertib.
    

    





BAB III
KESIMPULAN


Memenuhi dan mengenal berbagai aspek manajemen pendidikan di sekolah merupakan salah satu kemempuan (kompetensi) dasar yang harus dimiliki guru , karena guru bertugas bukan hanya sebagai seorang pengajar dan pendidik, tetapi juga sebagai seorang manager pendidikan di sekolah. Manajemen/ pengelolaan kurikulum serta pengelolaan kelas sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan serta dapat menunjang pencapaian kompetensi individual. Dalam proses mengelola pendidikan ini khususnya mengelola kurikulum guru harus mampu mengaplikasikan kurikulum dengan sebaik-baiknya sehingga dalam proses pembelajarannya pun akan berjalan dengan lancar. Jika pengelolaan kurikulum sudah berjalan dengan baik maka pengelolaan kelas pun akan mengikutinya tergantung bagaimana kepaiawaian seorang guru mengelolanya.


DAFTAR PUSTAKA
Tim, Dosen, Ikhtisar Pengelolaan Pendidikan. 2011.
Suryosubroto,B, Drs. ,Menejemen Pendidikan, Penerbit Rineka Cipta, 2004.
Didi Sutardi, MA. , Reni Bakhraeni, M.Pd. , Hodijah, Dra. S.Pd. , Manajemen Kelas, 2005.